Kenali Ciri-Ciri TBC Sejak Awal, Dokter Paru Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini

downtownvancouver.net – Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Dokter spesialis paru, dr. Fitria Astuti, Sp.P, mengingatkan masyarakat untuk mengenali gejala TBC sejak dini guna mencegah penularan lebih luas. Ia menegaskan bahwa deteksi dini memegang peranan penting dalam keberhasilan pengobatan pasien TBC.

Menurut dr. Fitria, banyak pasien baru menyadari terkena TBC setelah kondisi tubuh memburuk. “Gejala awalnya sering ringan, sehingga orang mengira hanya flu biasa atau kelelahan,” jelasnya. Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih peka terhadap perubahan pada tubuh, terutama yang berlangsung dalam waktu lama.

Batuk Lebih dari Dua Minggu Menjadi Tanda Peringatan

Salah satu gejala utama TBC ialah batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu. Batuk ini bisa berdahak, berdarah, atau terasa nyeri di dada saat bernapas. Dr. Fitria menjelaskan bahwa batuk kronis menunjukkan infeksi serius pada paru-paru yang tidak boleh dianggap sepele.

Selain itu, batuk berkepanjangan juga meningkatkan risiko penularan TBC kepada orang lain. “Pasien bisa menyebarkan bakteri TBC ke lingkungan sekitar saat batuk tanpa menutup mulut,” ujar dr. Fitria. Ia menyarankan siapa pun yang mengalami batuk lebih dari dua minggu untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Demam, Berkeringat Malam, dan Berat Badan Turun

Gejala sistemik seperti demam ringan yang terus-menerus, berkeringat pada malam hari, dan penurunan berat badan secara drastis juga menandai infeksi TBC aktif. Dokter Fitria menyebut ketiga gejala ini muncul karena tubuh berusaha melawan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Pasien TBC kerap kehilangan nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis dalam waktu singkat. Tubuh pun terasa lemas dan sulit menjalani aktivitas sehari-hari. “Ketika tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda seperti ini, artinya infeksi sudah berkembang dan membutuhkan pengobatan segera,” tambahnya.

Peran Pemeriksaan Dahak dan Rontgen Dada

Pemeriksaan laboratorium seperti tes dahak dan rontgen dada menjadi metode utama dalam mendiagnosis TBC. Dr. Fitria mendorong masyarakat untuk tidak ragu menjalani tes tersebut jika mengalami gejala yang mengarah ke TBC.

Menurutnya, semakin cepat diagnosis ditegakkan, semakin tinggi pula peluang sembuh. “Obat TBC tersedia gratis di Puskesmas dan rumah sakit. Jangan takut untuk periksa karena pengobatan yang tepat bisa menyelamatkan nyawa,” ujarnya.

Pentingnya Edukasi dan Dukungan Keluarga

Edukasi tentang TBC harus terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Dr. Fitria menekankan pentingnya dukungan keluarga selama proses pengobatan, karena pasien harus menjalani terapi minimal enam bulan tanpa putus.

Ia juga meminta masyarakat untuk tidak mendiskriminasi penderita TBC. “TBC bukan penyakit kutukan. Penyakit ini bisa sembuh total dengan pengobatan yang disiplin,” tutupnya.